Ini sebuah remahan cerita yang
masih tersisa saat Allah memberi manusia lemah ini amanah untuk membuatnya
semakin belajar mengalah dan kelak dapat memetik hikmah.
ALLAH tidak akan pernah memberi
beban kepada makhluk Nya melebihi kapasitasnya, setidaknya itulah kalimat yang
kupercayai kuat saat pertama kali menerima amanah menjadi salah satu tim hore
a.k.a. Biro Khusus Kaderisasi KaLAM (Keluarga Muslim Cendekia Medika). Amanah
yang menurut beberapa kakak adalah yang sesuai dengan karakterku. Mereka bilang
aku bias belajar banyak di sini. Dan memang benar, terlampau banyak sekali. Tak
apa, diriku sudah terlanjur menikmati.
Tepatnya di bulan maret saat
pertama kali akad terkait program kerja BKK dibahas. Kebetulan saat rapat itu
forum menyetujui untuk membagi program kerja kepada beberapa personilnya agar
semua dihitung bekerja. Yah, sebenarnya kami ingin membagi diri menjadi sesuai
dengan beberapa fungsi kaderisasi, tapi menerjemahkan fungsi ke dalam
butir-butir konkret dengan Sembilan kepala berbeda bukanlah hal yang sederhana
dan cepat.
Kami kehilangan banyak waktu di sana, berbagai macam literasi dan
narasi dituliskan dengan ketergesaan dan berkahir hanya dalam pikiran
menjejakkan beban tapi tak menyentuh hati beberapa insan. Yah begitulah, ada
sedikit langkah yang menurutku belum dilakukan secara maksimal di sana. Lain kali akan aku ceritakan,
sembari mencari jawaban.
Satu hal yang ingin kutekankan
sebelum kau melanjutkan bacaan cerita yang mungkin akan membosankan dan penuh
akan kebaperan adalah bahwa Setiap detik
adalah pelajaran, jadikanlah KaLAM bukan sebagai tujuan melainkan sarana
belajar untuk mengembangkan karakter dan sikap sehingga kelak bisa lebih
bijaksana dan bermanfaat di masyarakat.
Mungkin aku akan memulai cerita
ini dari kegiatan awalku di awala kepengurusan. Tahun kedua merupakan tahun
organisasi, yah setidaknya aku sudah merencanakan itu sedari awal. Hingga aku
mencelupkan diriku pada beberapa organisasi dan kebetulan diamanahkan menjadi
pengurus harian inti di KaLAM dan Gama Cendekia (UKM Penelitian Universitas).
Beruntungnya dua bidang itu adalah bidang kaderisasi sehingga aku bias focus
untuk mendalami bidang kaderisasi organisasi.
Hal ini memungkinkanku untuk
melakukan khowledge sharing (berbagi pengetahuan) antara dua organisasi ini.
Apa yang baik di KaLAM akan aku bawa ke GC, begitu pula sebaliknya. Hanya saja
terkadang aku adalah orang yang jarang memperhatikan kesesuaian situasi dan
kondisi lapangan. Ibaratkan aku memaksa orang asmat untuk mengonsumsi beras sebagai
makanan pokok, padahal mereka terbiasa memakan sagu, hingga akhirnya terjadi
chaos pada metabolism mereka. Yah, kurang lebih begitulah yang terjadi di awal
kepengurusan BKK.
Sebenarnya seluruh akumulasi
jawaban dari setengah kepegurusan perjalanan menjadi BKK KaLAM adalah ketika
malam Mannitol 2, saat ketua KaLAM tahun lalu memberiku nasehat yang cukup
berharga. Beliau berpesan, bahwa sejatinya menurut beliau ada tiga tipe manusia
dalam berorganisasi khususnya di KaLAM FK-KMK.
Pertama adalah tipe statis. Tipe
ini cenderung tanpa perlawanan saat bekerja sama dan cenderung untuk mengikuti
alur program kerja organisasi. Terkadang tipe ini sekedar menggugurkan
kewajiban untuk menjalankan program kerja dengan RKAT (dana fakultas) saja.
Yah, sebaiknya aku butuh referensi untuk klasifikasi hal ini.
Tipe kedua adalah tpe idelais.
Terbentuknya idealism dalam diri mahasiswa dipengaruhi banyak factor. Terutama
pada mahasiswa baru yang gemar mengikuti berbagai kegiatan kampus dengan dalih
sedang ingin mencari jati dirinya dan passion masa depan. Terbentuknya idealism
ini turut memengaruhi pola piker dan pandangan (worldview) serta selanjutnya
akan memengaruhi sikap dan perilaku dari seseorang ketika mengahdapi masalah
atau perbedaan dalam kelompok.
Idealisme ini yang kemudian menurutku pribadi
sangan dinamis di BKK KaLAM. Kita sangat berwarna dan berbeda sudut pandang
dalam menyikapi hal dan dunia. Bahkan hingga sekarang aku masih memaksa diri
untuk belajar makna kata ‘toleransi’ antar umat beragama dari mereka. Tipe ini
cenderung menikmati alur dan culture dalam organisasi.
Tipe ketiga adalah tipe
revolusioner. Orang dengan tipe ini memiliki ide yang berlimpah tentang
sesuatu. Dia adalah tipe pendobrak dan memiliki mimpi besar atas organisasinya.
Sayangnya, tipe ini mudah tersinggung dan patah hati saat idenya ditolak oleh
banyak orang. Tipe ini adalah tipeku.
Poin penting lainnya adalah,
beliau menegaskan jika dalam berorganisasi semua manusia harus bias
bertoleransi dalam artian harus mampu menurunkan egonya masing-masing untuk
bisa mengambil jalan tengah (moderat) sebagai bentuk ikhitar kelompok dalam
menjalankan kewajibannya sebagai biro khusus kaderisasi yang memiliki system
kerja kolektif kolegial.
BKK KaLAM memiliki system kerja
kolektif kolegia, sehingga setiap anggota memilik hak dan kewajiban yang sama
di sana. Kami terdiri dari enam orang perempuan da tiga orang laki-laki,
Sembilan bukanlah angka yang sedikit dalam memutuskan sebuah perkara. Ibaratkan
panitia Sembilan yang pada akhirnya masih berselisih pula saat akan merumusakan
dasar Negara.
….
Berlanjut …. Remahan Mannitol 02
#mannitol #fkkmk #ugm #kalam #muslim
Comments
Post a Comment