Kata ibu seorang wanita haruslah tahu pekerjaan rumah. Tak perlu menunggu piring penuh di bak cuci untuk mencuci. Tak perlu menunggu lantai kotor kalau mau menyapu. Tak perlu tunggu pakaian menumpuk untuk mensortir dan melipatnya. Harus bisa masak, besok biar keluarga ga perlu beli makan pagi setiap hari!
Gelap itu bukan
hitam, tapi ketiadaan cahaya. Hal ini pula yang kujumpai pada hal perasaan.
Sedih bukan menangis, tapi ketika kebahagiaan tidak dirasakan. Begitu pula
dengan rasa syukur. Bersyukur karena setiap pagi diri ini belum pernah
berangkat sekolah dengan perut lapar. Selalu saja ada yang tersedia di meja
makan, walaupun itu hanya nasi sambal dan ikan asin. Sederhana tetapi
mengenyangkan. Sebuah cahaya seremoni pagi biasa dalam keluarga. Masak, makan
bersama, berangkat sekolah.
Hingga satu waktu aku melihat cahaya itu redup
bahkan hilang dari sosok teman sepermainanku lainnya. Ia kehilangan sentuhan
tangan ibu di pagi hari. Tak jarang pula ia kelaparan.
Hal ini tentang
bagaimana menjadi seorang wanita, secara kontekstual adalah menyiapkan menjadi
seorang ibu. Dalam islam sendiri mendidik seorang anak perempuan untuk menjadi
sosok ibu peradaban. Berat sekali bukan ? Lalu setelah berada lantas apa ?
Kemana arah tujuannya ? Sederhananya saja, surga. Kemudian bagaimana ?
Kalau katanya
sih, cukup dengan menjadi perempuan yang menjaga salat lima waktu, berpuasa
sebulan di bulan Ramadhan, menjaga diri dari perbuatan zina, dan taat kepada suami
(bagi yang sudah punya nih). Nah kalau sudah bisa melakukan keempat hal
tersebut, maka Allah akan mempersilahkan kita untuk masuk surga melalui gerbang
manapun. Tesisnya sih seperti di atas. Bukan hal mudah juga, karena ada antithesis
yang menyebutkan bahwa penghuni neraka kebanyakan adalah kaum hawa, wanita. Hal
ini sering disebabkan dari kebiasaan yang paling sering dilakukan kaum hawa,
yaitu membicarakan keburukan orang lain atau ghibah.
Lah kok jadi
kemana-mana. Oke, balik lagi ya.
Ada beberapa hal
yang disampaikan ibu tentang menjadi seorang wanita. Sebuah pelajaran biasa
yang kudapatkan ketika masih hidup bersama orang tua, maksudnya belum kuliah dan
harus sewa kos-kosan gitu.
Pertama, adalah tentang peka.
Bener banget, empat kata ini kerap kita dengar di antara kawan
sepermainan kita. “Eh, jadi orang yang peka dong!” atau “Peka dikit napa!”.
Peka sendiri itu apa sih ? Kalo KBBI bilang peka itu mudah merasa, mudah
terangsang, dan mudah bergerak terhadap suatu keadaan. Tapi kalau kita lihat
sekarang peka bukan cuma tentang keadaan sekitar tapi juga tentang perasaan
seseorang. Nah, ini yang rumit, karena menyoal rasa yang sulit ditebak bahkan
dengan indra manusia.
Peka di sini
berarti mudah merasa terhadap keadaan rumah dan lingkungan khususnya. Peka
terhadap keadaan dan kebersihan rumah, lihat piring kotor langsung dicuci.
Lantai kotor langsung ambil sapu, jadi gak cuma habis mandi – kubantu ibu –
membersihkan tempat tidurku. Tapi kalau bisa juga ikut bersih-bersih rumah.
Nah, hal ini lah yang kemudian menjadi sesuatu yang sangat berbeda ketika sudah
ngekos atau nge-kontrak atau berasrama.
Kedua, adalah tentang menjaga.
Menjaga di sini dalam konteks kesehatan. Ibu pernah bilang
kalau cewek itu jangan gampang sakit, karena yang harus dilakukan banyak. Bener
banget, karena otak seorang wanita memang didesain untuk mampu menjalankan
banyak tugas dalam satu waktu, yah multitasking gitu. Lebih tepatnya seorang
wanita mampu menghadapi pekerjaan yang datang tiba-tiba dan banyak, hal ini
tentu berbeda dengan otak pria. Wah jadi kita specia nih ceritanya.
Lalu semisal
sudah mau muncul tanda-tanda akan sakit, yah segera minum vitamin atau obat
yang bersifat preventif. Kalau memang diperlukan maka segeralah pergi menemui
dokter untuk mendapatkan penanganan preventif sebelum semakin parah. Diikuti
pencegahan dengan terbiasa menerapkan pola hidup sehat seperti beraktivitas
fisik minimal 30 menit setiap hari, berolahraga 3 kali setiap minggu, serta
mengkonsumsi makanan yang beragam dan sesuai kebutuhan.
Salah satu
pelajaran sederhana lainnya adalah dengan rutin mengonsumsi obat herbal atau
lebih dikenal dengan jamu tradisional. Jamu bisa dijumpai banyak dijual luar di
pasar dalam bentuk bahan kering mentah hingga yang siap konsumsi seperti pil,
bubuk, dan cair. Hal ini juga terkait dengan menjaga kesehatan organ wanita
dari dalam, dengan membiasakan mengganti pakaian dalam secara rutin dan
pembalut kala datang bulan minimal 2-4 jam sekali. Untuk menjaga kesehatan rahim
dan organ lainnya yang merupakan aset keluarga di masa mendatang. Jadi
kesehatan seorang wanita memang bukan cuma untuk dirinya kelak, tapi juga untuk
keluarga.
Selanjutnya adalah, isilah waktu luangmu dengan belajar beberapa keterampilan yang bisa membantumu di kehidupan kelak.
Menjahit, mengendarai mobil, memotong rambut, menawar harga
di pasar. Kalau yang terakhir memang penting, terutama bagi mereka para ibu
yang sering belanja di pasar tradisional. Berbicara tentang pasar tradisional,
para ibu juga sering dihadapkan pada pemilihan bahan makanan seperti sayuran,
daging buah, yang tidak sesuai permintaan. Jadi dibutuhkan keterampilan memilih
bahan makanan disitu juga.
Bagaimana membedakan kesegaran ikan ?
Bagaimana
mengetahui sayuran organik dan tidak ?
Terakhir adalah teruslah membaca, berdiskusi, dan mengupdate informasi.
Hal ini penting banget,
apalagi bagi para ibu yang hidup di zaman millennial ini. Zaman dimana
informasi rak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk. Semuanya bebas untuk
diterabas tanpa batas. Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tidak bisa berkarya.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang misalnya dengan
merintis usaha dagang di rumah, membuka toko, mengambil kursus keterampilan,
dan banyak lagi. Utamanya adalah membaca, jangan hentikan kegiatan berkarya dan
selalu menafaatkan setiap anugerah tenaga, waktu, dan pikiran untuk bermanfaat
kepada orang lain.
Bahagia bukan jika
memiliki ibu yang demikian ? Terlepas dari segala keterbatasan beliau, selalu
ingatlah bahwa kau tidak pernah terlahir begitu saja ke dunia tanpa ada dia dan
darahnya yang selama 9 bulan mengalirkan nutrisi untuk menjadikanmu seorang
manusia.
Setidaknya hormatlah pada ibu, ibu, ibu, lalu ayah J
Selamat Ulang Tahun IBU, terima kasih untuk segalanya.. (17.01.19)
Comments
Post a Comment