Si Kurma Yang Tangguh The Series - He is a Human Too 03

Tersadar di dalam sepiku, setelah jauh melangkah. - Afgan




Yah, begitulah lirik lagu pertama afgan. Sanat pas kurasa. Satu hal yang sebenarnya harusnya seantero dunia ini sudah paham adalah bahwa kita manusia, dan seharunya kita memanusia juga bisa memanusiakan manusia. Karena kata seorang teman saya, dengan kita memanusiakan manusia, kita akan tidak terlalu cepat mengagumi seseorang yang berbuat satu kebaikan dan tidak akan mudah kecewa dengan sosok yang baru terlihat satu kesalahannya.

Satu kali itu aku lupa bahwa temanku yang bukan kurma ini adalah manusia. Karenanya dia bukan kurma, dia manusia seutuhnya. Dengan segala kesadaran ego, super ego, dan id. Inilah yang sebenarnya aku ingin sampaikan disatu waktu, setelah banyak perjalanan panjang itu.

Kepada kurma yang tangguh, saat itu aku kira kaderisasi adalah segalanya, jauh lupa jika ada sebuah prinsip nilai kompetensi yang perlu dipertanggungjawabkan atas pilihan, tidak sekedar perspektif. Menggunakan sudut pandang kader sesama muslim saja, dan melupakan pentingnya kompetensi dan passion, tentu aku akan melakukan hal yang sama seperti saat itu. Lalu kemudian aku masih saja terbutakan oleh egoku yang seolah mengatasnamakan agama, namun tidak membawa pada syariat dan nilai-nilainya. Karenanya aku sedih saat itu. Bahkan ketika si kurma tangguh bertanya padaku tentang diriku yang sekarang, aku pun tak bisa bersuara.

Karena terlampau banyak kata dalam kepala. Aku memilih untuk tidak bersuara – Jalaluddin Rumi.

Comments