Tahun 2014 lalu pemerintah
Indonesia mengkonsep ulang 4 sehat 5 sempurna. Memangnya
masyarakat kita pernah memedulikan hal itu? Tentu saja, dalam beberapa waktu,
iya. Konsep ini telah lama dan sudah tidak relevan dengan fakta zaman now.
Begitulah sekiranya.
Ilmu pengetahuan memang selalu
memunculkan inovasi dan menghapus asumsi. Dengan sedikit mereplikasi konsep diet
Amerika berupa Basic Four, pemerintah Indonesia mampu mengembangkan
konsep gizi dan kesehatan yang menyentuh kearifan lokal negeri sendiri.
Berangkat dari salah satu tradisi
nusantara yaitu sajian tumpeng. Pemerintah pun mengaplikasikan konsep hidup
sehat melalui Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS dinilai lebih mudah dan tegas
dalam memberikan pedoman konsumsi gizi sehat dan seimbang kepada masyarakat
Indonesia.
Sebelum menuju bahasan TGS.
Baiknya kita mengenang beberapa hal tentang masa kecil kita yang pernah
bersinggungan dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurna yang dipopulerkan oleh bapak
gizi Indonesia, Prof. Poermo Soedarmo. Masih ingat dengan jelas bagaimana beras
menjadi salah satu komoditas karbohidrat yang diminati oleh masyarakat
Indonesia. Pada masa orde baru pun, pemerintah sempat mengekspansi selera
masyarakat timur dan barat untuk adil dan sama terhadap tanakan beras tanpa
rasa itu. Ekpansi selera itu dinilai kurang berhasil. Sejak terjadi kerusuhan
ekonomi dan politk di tahun 1998. Indonesia siap melakukan reformasi dalam
berbagai bidang. Pulih tidak hanya pulen. Kokoh tidak hanya kuat.
Sewaktu kecil, setiap hari orang
tua selalu berusaha menyediakan menu empat sehat lima sempurna. Karbohidrat,
lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan tak lupa susu. Kata orang tua kalau tidak
minum susu belum komplit sehatnya. Benarkah begitu? Belum tentu. Hingga
sekarang, banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan minum susu setiap hari
belum tentu mampu melengkapi kebutuhan nutrisi harian seseorang. Jika tidak
diiringi banyak faktor seperti aktifitas fisik dan keanekaragaman konsumsi tiap
hari.
Sehingga lewat kampanyenya,
pemerintah menggencarkan untuk terus mengonsumsi pangan yang beragam. Lahirlah
program diversifikasi pangan. Terutama pada sumber karbohidrat yang tak hanya
mengutamakan beras. Selain untuk menekan impor, pemerintah juga ingin
mengangkat potensi pangan lokal nusantara. Hingga kini diversifikasi telah
melahirkan banyak selera karya dalam industri pengolahan pangan.
Ilmu pengetahuan selalu menjadi
rujukan dalam pembuatan kebijakan. Di zaman now, trend makanan
semakin marak dengan kemunculan berbagai cemilan, snack, dan bakery
yang mulai meramaikan selera pasar. Seiring dengan hal itu, tentu saja
kecenderungan konsumsi pangan masyarakat cepat berubah. Semakin beragam olahan
pangan yang digunakan semakin besar pula kalori yang dimasukkan. Kemudahan
akses pangan, terutama di perkotaan, turut menyumbangkan perubahan kebijakan
pemerintah. Lalu apa dampaknya?
Riset kesehatan dasar nasional
2018, menyebutkan prevalensi obesitas nasional meningkat sejak tahun 2013, yang
mulanya 14,8 menjadi 21,8. Sindrom kesehatan ini akan mengantarkan pada
berbagai macam penyakit yang bisa diderita kemudian hari, seperti store,
jantung koroner, diabetes militus, penyakit gastrointestinal, dan banyak lagi.
Mengingat salah satu tujuan dari sustainable development goals, adalah
mengurangi prevalensi penyakit tidak menular (non-communicable disease) dengan
menerapkan hidup sehat, maka pemerintah mulai mengaplikasikan PGS (Pedoman Gizi
Seimbang).
Dalam aplikasinya, pemerintah
menggunakan bentuk Tumpeng Gizi Seimbang yang merupakan resep susunan makanan
yang bisa dikonsumsi sesuai porsi kebutuhan hariannya. Dengan memerhatikan emapt
prinsip hidup bersih dan sehat (PHBS), yaitu mengonsumsi makanan beragam,
melakukan aktivitas fisik rutin, menjaga kebersihan dan sanitasi, serta
memantau berat badan ideal.
Perbedaan mendasar dapat dilihat
dari rangakain konsep konsumsi sehat dan seimbang yang mengikuti PGS.
Diantaranya adalah tumpeng gizi seimbang serta GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat) yang menjadi icon penggerak utama PHBS Indonesia zaman now.
Diharapkan Pedoman Gizi Seimbang mampu menjadi ujung tombak gerakan hidup sehat
dan seimbang masyarakat Indonesia disela beragamnya produk olahan pangan.
Comments
Post a Comment