Kompilasi RK Story 2018 (Rumah Kepemimpinan Jogja)



RK Story September 2018

Lebih banyak orang menghadapi kematian di atas tempat tidur daripada orang yang mati di atas pesawat. Tetapi kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat daripada orang yang takut menaiki tempat tidur - (Buya Hamka)

Hasil itu penting, akan tetapi lebih utama prosesnya. Proses itu utama, tetapi lebih berperan perubahan dalam proses itu. Proses yang dilalui tanpa perubahan adalah kesia-siaan. Perubahan ke arah tujuan tentunya, lebih baik, lebih berdampak, dan lebih berkelas dari sebelumnya.

Dua bulan, enam puluh hari lamanya, setidaknya telah memberiku gambaran yang jelas dalam langkah selanjutnya. Berbicara tentang asrama tentunya tak akan jauh dari kata keluarga-saudara-sahabat dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah bagaimana sikap kita dalam mengambil keputusan yang ttegas dan lembut terkait hal-hal bersama. Mungkin ini yang seharusnya aku lebih banyak belajar.

Hampir dua bulan diamanahkan menjadi tim hore asrama menuntutku untuk belajar banyak, menyesuaikan, meluaskan zona nyaman, tak lagi hasil atau proses tapi perubahan. Yah, peruabahan yang akan dituntut dalam sisa empat bulan ke depan. Yah, bismillahi masya Allah. Sudah tak terkira berapa banyak amanah yang tercecer di depan pintu kamar, di atas kasur setiap malam, atau menggantung bersama rembulan – terkatungk-katung dalam mimpi tiap jam. Yah, mengurangi jam tidur dan porsi makan, memperbanyak Al Qur’an, yah kemudian Allah kembali menyadarkan.

Asrama menuntutku untuk lebih menghargai, waktu, kebersamaan, kesendirian, dan banyak lagi. AKu pernah mendengar bahwa mereka yang belum selesai memimpin dirinya maka tidak akan mampu memimpin orang lain. Dua bulan ini, aku menempatkan diriku di tepat yang salah, terjebak dengan rutinitas, menikmati beban amanah, tapi tidak kunjung bertambah ilmu, iman, dan taqwanya.

Pathway nya sudah clear dan jelas, tinggal menjalankan dengan lembut dan tegas. Bukankah islam telah mengatur segala hal dalam hidup ? Bahkan Allah telah menjamin setiap hal dalam kehidupan, maka nikmat Tuhammu manalagi yang kau dustakan ?

Ayo Berubah!!!

RK Story Oktober 2018

Cuma Sebaris Aja, tidak lebih.

Asrama adalah Fana, kita abadi. Sepenggal puisi supadji djoko darmono mengingatkanku seberkas hala-hal sederhana yang biasa ditemui namun selalu ada yang disyukuri. Bulan ini tidak mendapati banyak kajian, setidaknya seperti bulan-bulan sebelumnya. Ibarat charger, diriku tidak banyak mendapat tenaga untuk disimpan, setidaknya untuk dibagikan. Setelahnya sempat kulangkahkan kaki ke beberapa sumber ilmu, setidaknya oleh-oleh itu yang bisa kubawa pulang sebelum dipanggil Nya.

Bertambah pemahaman akan ilmu selanjutnya bertambah rasa takut dan harap kepada Allah sudah menjadi tujuan dari setiap manusia dalam menuntut ilmu. Semoga di Rumah Kepemimpinan ini dapat menjadi seperti itu.

RK Story November 2018

Ceria

Sabar dan Syukur, seketika kuteringat tagline sederhana yang sempat menjadi penyemangatku di awal masuk asrama. Rasanya berbeda, sedikit berbeda, semoga lebih baik ke depannya.

Lima bulan bukanlah waktu yang bisa diterjemahkan dalam satu lembaran kata, walau sebenarnya sangat sederhana. Ketika kita mencoba kembali memahami arti ‘kenapa’. Jika Simon Sinek dalam salah satu pernyataannya pernah mendiskripsikan arti penting dari ‘WHY’ dalam menjalankan apapun, dalam menemukan misi dan tujuan. Hal ini sempat menjadi trending topic pada beberapa diskusi ringan dengan kawan sore hari, di pjoakan warung makan pinggir jalan.

Saat itu sejenak terpkir, WHY seperti apakah yang saya kejar selama ini? Jika Nouman Ali Khan, memberikan klasifikasi WHY pada 7 stase, mulai dari stase terendah yaitu kebahagiaan (happiness), cool,popularity, prestige, money, excellence, dan yang tertinggi adalah peruit of Impact (dampak).

Merujuk pada hadist Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain,” Untuk menjadi bermanfaat berarti kita harus melakukan sesuatu yang berdampak dalam manfaat, entah itu kebaikan ataupun sebaliknya.

Disisi lain kita percaya bahwa, apa yang kau tanam itulah yang akan kau terima. Selebihnya kita akan kaitkan antara WHY, Impact, manfaat, dan satu hal yang tak kalah penting adalah niat.

Islam adalah agama yang sangat konfirmatif, dalam hal apapun, sesederhana apapun. Bahkan nilai konfirmasi menyumbangkan satu poin kebaikan (read : pahala) pada sebuah tindakan seorang hamba. Hal inilah yang kemudian menjadi gerbang utama seorang muslim dalam memutuskan sebuah tindakan baik dalam pikiran ataupun perbuatan.

Niat sendiri dapat dibahasakan menjadi WHY dalam islam. Setidaknya ini memiliki fungsi sebagai pondasi awal dalam melakukan sebuah tindakan dalam pikiran ataupun aksi nyata. Islam telah meminta kita sejak ratusan tahun sebelum Simon berbicara dalam TED nya jika WHY adalah hal yang sangat utama.

Kemudian apa why ku ? Sudahkan niat menjadi hal utama dan kokoh dalam 20 tahun perjalanan saya, dalam 5 bulan usia asrama ini.

Why ini yang menjadi tugas choacing saya juga, menjadi hal yang belum saya selesaikan bahkan sampai sekarang. Sebuah pertanyaan sederhana, bagaimana cara menghadirkan Allah dalam setiap pikiran dan tindakan kita ?

RK Story Desember 2018

Tenggelam

Dalam salah satu bukunya, Salim A Fillah, bertanya apa yang membedakan antara orang yang menyelam dan orang yang tenggelam ?

Adalah – Kesadaran.

Apakah kita sadar bahwa kita sedang tenggelam atau kita sednag menyelam.  Mungkin kita berada di kedalaman laut yang sama, mendapati  berbagai keindahan laut yang sama dengan pemandangan ikan dan karanag indah. Di kedalaman yang sama namun kedalaman hatinya berbeda. Rasa hikmat dan syukur yang tak senada.

Sang penyelam menyiapkan diri dengan lebih matang menggukan peralatan terbaik dengan kondisi fisik dan jiwa yang maksimal pula. Ia terus bergerak dengan tenang dan menikmati setiap keindahan lautan. Menapak karang dan berpapasan ikan, sempatkan mengambil beberapa foto dan gambar untuk kenang-kenangan di laut permukaan. Semakin ke dalam maka semakin hikmat para penduduk dasar laut yang ditemui. Semakin gelap dan tak bersuara, sedikit yang bisa dinikmati, tetapi tetap selalu ada yang bisa disyukuri.

Berbeda dengan dia yang tenggelam. Dia sama sekali tidak memiliki persiapan untuk melihat keindahan pemandangan. Boro-boro menikmati, ia hanya ingin menggerutu sembari mengeluh memohon pertolongan dari orang lain. Keindahan ikan dan terumbu karang yang terlewat begitu saja. Semakin dalam pun semakin terasa menyiksa, nafas yang hampir habis juga pemandangan sekitar yang gelap dan tak indah.

Laut yang kita selami ibaratkan dunia dan segala isinya, semakin ke dalam maka semakin rumit cobaannya. Mereka yang tidak sadar maka hanya akan tenggelam, melihat dunia sebagai sesuatu yang menyedihkan dan menyebalkan. Sementara mereka yang sadar sepenuhnya, akan mampu melihat dan bahkan menemukan segala keindahan yang tersembunyi bahkan pada laut terdalam.

Sederhana sebagai penutup, mungkin selama ini diri ini masih belum sadar sepenuhnya atau bahkan tenggelam, entahlah. Kini kita sedang bisa bersyukur sedang berada di dalam pilihan-pilihan … antara sadar atau tidak. Antara tenggelam dan menyelam, Sadarlah!


nb : ini masih banyak karena masih semangar nulis pas itu, coba next post dah...

Comments

  1. hari ini aku menyadari kenapa aku terganggu dengan bau rambutku. karena aku sering mengunjungi kamar mandimu di asrama. jadinya aku paham, sepertinya conditioner yang aku pake hari ini sama seperti merk hair products mu. sial, kenapa aku jadi orang yg sensitif dengan bau, cahaya, dan suara. wkwkwk. how do you do anyway?

    ReplyDelete

Post a Comment