Kompilasi RK Story 2019 (Rumah Kepemimpinan Jogja)

 


RK Story Januari 2019

Sesuatu harus dipaksakan sebelum menjadi kebiaasaan, dan sesuatu harus dibiasakan agar menjadi kebutuhan. Misal, menunda menuruti nafsu. Memaksakan untuk memenuhinya akan menjadi kebiasaan menunda dan bisa menjadi kebutuhan untuk menunda atau memuaskan nafsu. Begitulah adanya. Mencabut suatu kebutuhan tentu dengan kebutuhan lainnya, yaitu dengan adanya paksaan lainnya. Itulah yang sedang diusahakan di sini. Rumah Kepemimpinan, asrama PPSDMS.

Kita sedang diakselerasi, demikian dan terima kasih. Aku masih ingat berapa lama aku menghabiskan waktu untuk tidur dan berapa banyak kali aku kekenyangan dan akhirnya berakhir di kasur kamar. Enam bulan tanpa banyak perubahan. Kalau kata ustadz Syatori belum mastatho’tum. Belum mencapai ikhtiar sehingga belum bisa didapatkan hasil. Belum sampai ke tahap lelah, berat, dan kemudian ikhlas. Apalagi untuk mencapai maksud yang merupakan tindak lanjut dari hasil.

Dulu saya mudah menyerah dengan takdir, bukan dengan tantangan. Namun entah sekarang. Dulu saya mudah lelah saat berjalan, apalagi berlari. Namun entah saat ini. Saat dimana semuanya tak satupun berjalan. Suasana asrama terasa sedikit berbeda. Yah, setidaknya ada titik dimana diri ini merasa berbeda. Merasa bahwa harus ada yang berubah dan membawa perubahan.

Saat kembali kerumah, aku tak berani. Bahkan janji setelah evaluasi aku masih tak berani pulang. Mengahadapi kedua orang tua dengan segenap harapan dan mimpi di mata mereka akan anaknya yang bahkan belum bisa menghemat uang bulanan ini, sungguh menyedihkan. Awan Nampak mendung dan ia mulai menangis. Ada yang menemani suasana hatiku sekarang.

Aku mulai mencari. Finding me yang sebenarnya. Karena seringkali hati ini tidak mendapat kepercayaan atas dirinya. Karena sering diri ini membanding-bandingkan dengan diriku yang dulu, dengan yang sekitar, dengan yang di atas sehingga menghitamkan bayangan hati. Allah bahkan sempat, bukan, seringkali menegurku untuk tetap selalu focus pada diri tapi tetap membantu dan menghargai orang lain. Sseringkali diri ini harus menahan ego. Sungguh demi apapun itu aku ingin meluapkan kebosanan, rasa marahku, rasa maluku, rasa sedihku di hadapan teman-teman asrama, tapi tak ingin menemukan waktu yang tepat. Aku rasa memang bukan tempatnya, hanya Dia bukannya ?

Aku lebih menyukai kamarku yang sekarang, setidaknya ketiadaan lampu bisa mengurangi kebisingan kamar, dan aku lebih bisa menemukan nurani dalam diri yang sempat menghilang entah kemana. Mendengarkan music, kala sendiri, bersama mendung yang menhantarkan hujan tipis, membuat suara ramai tapi lembut. Aku suka menyambut hujan.

Aku suka menyambut diriku yang dulu, ditambah sedikit tawa dan segenggam air mata tentunya. Menghinggap di diriku yang sekarang, seolah memaksa keluar dari diriku yang esok. Membentuk hatiku yang akan selalu semakin kuat karena sabar dan bersyukur.

Aku tak pandai merangkai kata, tapi aku ingin menjadi penulis. Makannya aku belajar. Makannya aku tak berhenti memperbaiki diri dan memperbarui niat. Ternyata untuk mendapatkan hasil emmang harus merasa lelah, biar ikhlas. Karena taka da sesuatu yang didapatkan secara Cuma-Cuma. Butuh pengorbanan dan perjuangan, harus dipaksa di awal agar menjadi kebiasaan kemudian menjadi kebutuhan.

Aku tidak suka conference, karena aku bukan orang yang cukup kritis untuk bertanya tentang ini dan itu terkait penelitian, tapi aku suka menjawab hal-hal popular di masyarakat agar menambal kebobrokan informasi di kalangan netizen dan dunia kesehatan.

Aku tidak suka selalu tersenyum di hadapan teman-teman, meski itu di haruskan Rasulullah untuk selalu menjaga perasaan. Namun, bagaimana dengan mereka yang selalu bersikap seolah di atasmu? Aku sudah cukup dengan itu. Lebih baik aku menghindar dan pergi darinya. Aku tak ingin menghabiskan energiku lebih lama pada kesia-siaan.

Ada bagian dari dalam diriku yang bersikap seperti bukan aku. Orang psikologi memanggilnya ego, tapi biasanya super ego akan menyeimbangkannya. Ternyata egoku sangat mudah dipengaruhi lingkungan, dan memiliki kecenderungan untuk selalu berubah mengikuti sosok yang aku kagumi. Semoga bisa dimanfaatkan, untuk selalu bisa professional dan bersungguh-sungguh dalam segala hal seperti sang kurma. Terima kasih atas pengajarannya satu tahun ini. Saatnya mengenang dan meneladani.

Aku bukan perencana tahunan, tapi setiap hari ada targetan. Lebih kepada setiap hari saja. Mungkin aku akan lebh nyaman, Saatnya mencoba menemukan kemudian memantapkan.

RK Story Februari 2019

Mungkin bulan ini Allah sedang menjawab doa terbesarku kala itu. Aku masih ingat saat bulan desember menjelang januari. Tepatnya di pertengahan Januari kala evaluasi asrama akan dilakukan. Saat itu satu hal yang terlintas dibenakku, ‘Kenapa aku semakin merasa hampa dan future dengan nikmat Mu, Ya Rabb,’

“Jika Engkau ridho, maka hidupkanlah kembali hati hamba untuk selalu bersabar dan bersyukur dengan apa yang telah Engkau berikan,”

Doa yang sekilas terlintas, tapi setidaknya aku tahu, bahwa saat itu ada malaikat melintas. Doa ku diijabah. Tepat tanggal pertama februari. Hari di mana Dia akan menjawab doaku, dengan sebuah ujian sederhana.

LUPA BAYAR UKT. Jam satu siang, hari Jumat, 1 Februari 2019, aku menyadari keteledoranku. Kebiasaan untuk menunda adalah hal yang tidak patut untuk dibanggakan bagaimana pun hasilnya. Entah itu deadliner ataupun procrastinator. Yah, Tuhan sedang menyentilku. Baru saja. Tapi kok sakit banget ya. Satu kata mengkelebat di depan mataku siang itu. Mengalahkan teriknya matahari, terik kata C-U-T-I.

Apa maknanya? Yah, kalau saya cuti. Tentu saja saya masih bisa datang kuliah, atau sekedar sit in diantara teman-teman lintas fakultas. Menuntut ilmu bisa di mana saja. Tapi tidak semudah itu rupanya. Bagaimana dengan life plan saya? Satu tahun kedepan akan lebih lama. Bagaimana dengan UKM saya, Gama Cendekia, dan Keluarga Muslim Medika. Bukankah berarti harus cuti juga?

Lalu bagaimana dengan asrama saya?

Alhamdulillahi ‘alaa ni’matil imaan. Saat itu Allah menguatkan hati dengan memberikan kelulusan asrama tanpa syarat. Solawat pada Rasulullah. Setidaknya kini lebih mudah dan fokus pada pengembalian status keaktifan mahasiswa.

Beberapa hari ke depan adalah saat yang lebih tidak terlupakan. Aku masih ingat kala menerima hasil tes kecerdasan di SMA. Bagiku seni administrasi adalah yang paling sulit, karenanya skor kecerdasan administrasiku terendah kala itu. Aku berjanji pada diri sendiri agar tidak lagi terjebak pada dunia kesekretariatan, mengurus persuratan dan berkas, apalagi proposal.  Apapun itu, aku menolak. Tapi kali ini, Allah ingin memberiku gerbang untuk keluar dari zona nyaman.

Seperti tersambar petir saja. Berkali-kali berkasku harus direvisi oleh pihak akademik fakultas. Tentu saja, kedua orang tuaku turut membantu doa dalam hal ini. Ibu selalu mengatakan, pasti bisa. Sementara bapak kadang mengatakan, masak hal sepele gini aja aku gak bisa mengatasi!

Haha. Aku menertawai diri sendiri.

Lengkapnya empat belas hari sejak tanggal satu. Hampir setiap hari aku harus mendatangi pihak akademik fakultas dan memaksa diri berhadapan dengan mereka. Persuratan. Titik lemahku bergetar. Al Qur’an yang semua jarang bertemu sekarang sering bersua setiap waktu. Salat yang tak pernah khidmat, kini sujud semakin sering terasa dekat.

Benar juga, makin kau jatuh, maka laut terasa indah pula. Wah itu analogi dari mana? Wkwk. Dua minggu yang kelak menjelaskan makna sabar dan menunggu.

Dua puluh hari, yang membuatku semakin dewasa. Mampu menghadapi dna menerima. Bahwa benar, iman memang tak pantas bila hanya diniatkan dan diucapkan. Iman itu harus teruji dalam kehidupan.

Sekali lagi, doaku terjawab. Alhamdulillah.

Adibah lebih hidup! Akan lebih banyak bersyukur dan bersabar.

RK Story Maret 2019

Aku belajar bagaimana cara mencuri waktu. Yah, setidaknya aku mencuri milikku. Istilah yang pertama kali kudengar dari salah satu buku dosen UGM. Temanku memberikannya padaku, tanpa ku peduli goresan tanda tangan asli dan pesan singkat dari penulisnya. Ia mendapatkannya dengan mudah. Setidaknya ia lebih beruntung dariku. Mungkin akan kujadikan salah satu review bulan ini. Setidaknya, setelah aku menyelesaikannya.

Pak Made Andi Dwi Arsana, seorang dosen UGM yang tentu saja tak seorang pun tak mengenal dia. Lewat salah satu bukuna yang berjudul ‘Pesan Untuk Mahasiswa’. Disitu saya menemukan kebenaran dari apa yang ditulis Pak Andi. Dunia memang akan menampakkan wajah aslinya, tapi kamu tetap bisa memilih untuk menjadi seperti apa. Bahkan satu menit kedepan, kau bisa memilih untuk tidur atau terus menyelesaikan target harian RK Story mu.

Bukankah hal itu perkara yang sangat mudah ?

Maret ini, Alhamdulillah. Kegiatan UKM berjalan lancar, setidaknya selalu ada pelajaran yang bisa diambil darinya. Kuliah berjalan seperti biasa, walau ada satu dua hal. Yah, tentu saja kebiasaan tidurku di kelas masih berjalan seperti apa adanya. Hanya satu hal yang bisa kukerjakan adalah selalu duduk di belakang dan pojok kiri untuk mempertahankan harga diriku depan dosen. Sekarang aku memiliki spot strategis untuk merenung dan tidur tanpa terganggu. Atau sekedar memikirkan proposal skripsiku yang Alhamdulillah sudah berjalan kembali pada track yang benar sekarang.

Bismillah semoga kami berempat mampu dan bisa menjalankan hibah penelitian bersama dosen dengan dana prodi. Sementara kemarin Alhamdulillah dari ghizda – semacam start up – bareng anak MIPA sedang dan semoga menemukan lampu hijau untuk bisa menyebarkan ilmu dan semakin lebih bermanfaat. Sempat ikut 2 lomba yang entahlah, aku hanya ingin membuktikan bahwa menulis itu candu. Benarkah ?

Mulai dari sini aku menyadari bahwa waktu ku tak sepenuhnya milikku. Aku tak bisa tidur 8 jam setiap hari sekarang. Bukan berarti tubuhku tak berhak mendapatkan jam istirahat, hanya saja, aku ingin mengenalkan tubuhku arti isitrahat yang sebenarnya. Jika otakku dan jiwaku lelah dengan kata-kata berjuang, aku ingin mereka lebih memahami arti kata isitrahat.

Kapankah waktu istirahat terbaik bagi kita? Apakah disaat kita lelah setelah seharian bekerja? Pasti bukan. Atau haruskan menunggu surga. Tapi tetap saja, itu bukan hal yang selalu harus diambil mentah-mentah artinya.

Sekilah aku teringat tugas evaluasi yang mungkin belum mulai kuselesaikan. Beberapa sudah kucicil, hanya saja selalu tersibukkan dengan hal lain. Aeni tadi pagi meninsta story bahwa hari ini harus selesai dalam melakukan satu halm agar besok pas sudah ada tugas lagi, jadinya gak ketumpuk. Zuhdi juga sering bilang gitu.

Karenanya lah, saat ini aku ingin belajar mencuri waktu, untuk bisa lebih merenung berfaedah untuk sesama. Semoga bisa lancar dan berkah. Inget kata dio, sehat sebelum sakit, dan muda sebelum tua. Wah ternyata begini rasanya jadi aktif kembali. Alhamdulillah.

RK Story April 2019

3 Mei 2019

Sudah lebih dari 2 hari, semenjak deadline tugas bulanan. Aku pikir ada yang salah dengan diriku. Tapi entah bagian mana.Terlalu lelah, iyakah? Terlalu banyak mengeluh? Mungkin juga. Dulu aku suka memandang matahari terbit dari jendela kamar, tapi kini tidak lagi. Matahari itu terasa biasa. Ya, Allah. Aku merasakan sesuatu menghilang dari diriku. Tap entah apa.

Minggu kemarin, tepatnya ada kala dimana seminggu penuh aku bolos dari agenda pagi hari. Walau memang sakit, dan sedikit migraine. Tapi aku tahu bahwa aku masih mampu berdiri walau sekedar apel pagi hari. Masih sanggup jalan dan belajar tahsin. Aku juga sempat melarikan jiwaku ke kos temanku, beberapa kali. Tanpa izin dari SPV.

Ada yang salah dengan diriku. Tapi entah apa?

Seketika aku menengok kanan dan mendapati Al Qur’an berdebu itu menyapaku.

RK Story Mei 2019

Mei adalah bulan yang penuh berkah tahun ini. Alhamdulillah beberapa target sudah terselesaikan. Bersamaan dengan datangnya Ramadhan mengapa harus kita sia-sia kan. Beberapa kali Allah meridhoi untuk bermalam di rumah Nya.

Diminggu kedua sempat, gadget sempat ngambek dan menghambat aktivitas keduniawian. Walau begitu, setidaknya ngaji dan solat tak perlu kuota untuk dituntaskan.

Mungkin sedikit hal-hal baik yang bisa diceritakan, namun lebih banyak hal-hal sederhana yang bisa disyukuri dan dijadikan sabar.

RK Story Agustus 2019

(Masih) KKN

Sebenarnya masih terasa bekas (sisa) atau apapun itu sebulan lalu. Saat itu aku masih berada di belahan bumi sumatera, Bersama cerita dari Kaur. Namanya sekarang masih RK, akronim dari Rumah Kaur. Aku masih ingat bagaimana ak benar-benar menyibukkan diri, memaksa untuk sibuk, dengan segala kelalelahan dan peluh. Tapi aku menikmatinya, untuk pertama kali. Aku paham apa itu arti fokus dalam suatu pekerjaan. Ketika kita merasa here and now. Merasa bahwa apa yang kamu lakukan adalah yang terbaik yang bisa kau lakukan. Yah, bahkan saat itu aku masih ingat bagaimana pembuluh darahku meradang untuk tiga minggu lamanya. Tandanya kelalahan itu memang menerjangku, meremukkan badan, tapi tidak pernah semangat.

Yah, aku Lelah kala tidur malam yang sangat singkat itu. Tidak lebih dari 5 jam, standar tidur harianku, bahkan saat di asrama. Tapi jiwaku menikmatinya lebih dari empuknya kasur asrama. Sebuah kepuasan dan pencapaian sendiri. Satu kali itu aku merasakan menembus batasku, memaksa kaki ini melagkah lebih jauh, pikiran ini bertindak lebih cepat, semangat ini membawa lebih dari biasanya. Bukan suatu kebohongan bahwa perasaan ini juga bergejolak lebih dinamis dari biasanya. Semua itu tak terencana dan hanya mengalir untuk memberikan yang terbaik. Apapun itu selalulah sibukkan dirimu dengan kebaikan.

RK STORY SEPTEMBER 2019

DON’T GIVE UP ON ME

September ini banyak cerita, tentu saja. Aku telah melewatkan tugas bulanan asramaku selama hamper tiga bulan, semoga ini bukan yang keempat. Belakangan ini aku terlalu banyak merenung, terlalu banyak menakutkan tentang masa depan. Aku banyak bercakap dengan diriku, tentang apa, siapa, bagaimana, kenapa. Tentang semua hal. Aku sedang terlibat dalam sebuah projek kesehatan mental, seringkali aku berpikir mungkin mereka perlu meriset tentang diriku. Lebih dari satu minggu, banyak hal yang kutinggalkan untuk menunda diselesaikan.

Aku banyak ingin bercerita dengan diriku, sesekali berbisik, “Jangan menyerah padaku”.

Don’t give up on me, if you do, then who will accompany me against the world?

Jalanmu masih panjang, berliku, dan menegangkan. Setidaknya kau tidak diberi bocoran malaikat kau akan mati kapan bukan? Berarti masih ada yang bisa kau perjuangkan. Kemudian, berbagai consensus dan referendum berjalan begitu cepat, aku masih bisa bertahan dengan segala kekurangan ini. Allah Maha Sempurna, maka setelah berpegang pada-Nya, tak ada lagi yang perlu kau takutkan.

Alhamdulillah, beberapa percobaanku berhasil. Setidaknya aku hanya harus mengumpulkan nyali untuk memulai lalu semuanya akan berjalan sesuai rencana-Nya.

I will fight, I will fight for you. I will stay, I will stay with you.

RK Story Oktober 2019

Assalamualaikum Diriku. Terima kasih sudah bertahan dengan baik hingga akhir semester ini. Amanahmu sudah resmi berakhir. Namun, semangatmu semoga tidak.

Hai diriku, terima kasih sudah bersusah payah dan berlelah menaham diri dan melawan diri dari segala kemalasan dan kemageran yang cukup menyusahkan dan membuatmu berjalan terlalu pelan.

Terima kasih untuk bisa mengakhiri cerita PKL dan revisi yang ternyata belum bisa diselesaikan sempurna. Tak apa, bukankah januari masih tersisa 28 hari lagi. Semoga kali ini janji tak sekedar kata yang diakhiri dengan maaf dan pemakluman.

Bismillah, ingin menutup sekaligus memulai kewarasan saia di tahun 2020 ini. Didik diri agak ulet dan tangguh.

RK STORY NOVEMBER 2019

Akhir bulan ini semuanya terjadi begitu saja. Seketika aku masih berdiri di sini, bertahan dalam ketidaksendirian. Benar bukan? Sejatinya kita bahkan tak pernah sendiri.

Ceritanya masih berhubungan dengan hasil evaluasiku bulan kemarin, Oktober. Novemeber kini aku benar-benar belajar hasil tentang evaluasi.

Mula dari cognitive flexibility yang sudah harus diterapkan, bukan lagi dalam tahap belajar. Antara amanah yang sudah diterima, sebagai seorang anak,

seorang mahasiswa, seorang Kabiro  HRM, seorang hamba Nya. Semuanya akan kembali, sesungguhnya semua akan kembali bukan?

Tinggal bagaimana kita merajut pesan dan kesan yang baik pada sekitar, setidaknya meninggalkan sesuatu untuk dikenang.

Terima kasih Adibah Rasikhah Amanto kamu telah bertahan sejauh ini. Kamu telah berhasil melawan, walau sering gagal, dirimu sendiri.

Tidak semua harus dipaksakan dan berjalan sebagaimana mestinya. Ada satu dua hal yang harusnya kamu biarkan dan cukup disupport.

Sisi asramaku juga mulai bergejolak, salah satu teman diskonan ku meninggalkan asrama. Aku tak tahu kenapa. Mengapa harus ada yang berpisah kala asrama bahkan

tak berniat menerima satu orang pun. Mengeluarkan mereka bukannya justru membuat masalah semakin rumit.

Cukup kenapa tidak bisa kah kesempatan datang sekali lagi. Bisa sih dib, hanya saja Pemberi Hidayah kadang tak mengizinkannya.

Setelahnya jangan lupa lebih bersabar dan mengucap syukur untuk segala kepekaan hati untuk bersedia belajar lagi.

Harus selalu belajar lagi, lagi, dan lagi Long live learner. Belajar untuk mendengarkan, belajar untuk bertahan, belajar untuk menjadi menerima diri baru orang lain.

Terima kasih, jadilah sosok wanita yang beradab, berakhlak mulia dan cerdas. Sebagaimana orang tua mu harapkan terhadap namamu.

nb : nah kan ketahuan bulan apa aja aku gak ngebuat RK Story 

Comments