Gwaenchanha gwaenchanha… mulai sekarang aku akan selalu membacanya dengan nada khas Lee Jun Ki.
Kalau kamu pernah mendengar drakor atau drama
korea, itu adalah salah satu bagian dari diriku. Aku tidak menyebutnya drakor
lover karena aku tidak menonton seluruh drama korea, hanya pada saat-saat
tertentu. Dan setiap saat itu aku selalu berada pada sebuah situasi yang kalau
aku mendengarkan original soundtrack drama aku akan teringat pada sesuatu itu.
Yah, musik membuatku lebih peka terhadap perasaan dan membekaskan kenangan. Baru-baru aja sejak tiga bulan lalu aku menghabiskan sebuah drama bergenre komedi. Sepertinya aku sedang butuh sesuatu untuk membuatku tertawa saat ini. Drama korea memang tidak membantu, tetapi menontonnya membuatku sekedar bisa mengistirahatkan pikiranku yang seringkali memaksaku untuk menjadi orang lain.
Drama ini sederhana, plot dan karakternya pun cukup mudah ditebak. Tetapi drama ini cukup bisa membuatku tertawa dan tersenyum sendirian. Walau setelah itu aku akan menarik perhatian banyak orang di rumah, karena terpingkal-pingkal di depan hapeku siang hari. Tetap saja, drama tahun 2018 ini berhasil mengalihkan perhatian dan perasaanku darimu.
Banyak hal sebenarnya yang bisa kita dapat dari menonton drama korea, selain sisi adiksi atau kecanduan yang sering dicap sebagai efek terburuk dari penggemar drama korea. Bagi penulis cerita menonton drama mungkin menjadi salah satu cara untuk mencari inspirasi, yah kita tak pernah tahu inspirasi akan datang dari mana. Tapi aku percaya sesuatu yang menginspirasi akan menghasilkan sebuah karya yang indah.
Sejujurnya aku adalah penggemar film thriller, action, atau bahkan horor. Tapi untuk saat ini hatiku sedang menginginkan yang lain. Ia sedang ingin beristirahat dari overthinking beberapa minggu ini.
Setelah menamatkan 2 season, 36 episode drama Waikiki 1 dan 2 aku terpikirkan untuk memiliki guest house kala aku besar nanti. Bukan kos-kos an, ini lebih mirip seperti rumah singgah yang bisa ditempati kapan pun dengan tipe yang terbuka. Mirip seperti waikiki. Sepertinya akan sangat seru, karena aku juga suka bertemu dengan banyak orang, tetapi tetap memiliki spare space buat diri sendiri.
Hidup dengan banyak kepala, berbagi makan, berbagi cerita, sekilas membuatku terasa lebih dewasa. Menyikapi bahwa dunia ini bukan hanya tentang kita saja, bukan hanya tentang rasa kesal, capek, marah, kecewa, tapi juga bahagia, tertawa, keberuntungan, juga sabar.
Alurnya sangat sederhana tapi bukankah sebenarnya hidup kita juga sederhana. Kita sering terluka oleh banyak harapan dan prasangka kita sendiri. Kita sering takut untuk mengambil keputusan, sekedar mengutarakan perasaan saja kita sering butuh kepastian dari banyak orang. Padahal kita sendirilah jawabannya.
Untuk sekejap aku merasa WAIKIKI mengajarkan kita untuk bisa hidup sekarang, saat ini, dan di sini. Di zaman yang serba cepat sulit menemukan waktu dan momen bukan untuk sekedar menikmati hari ini, detik ini. Bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada kita, dan memeluk semua rasa yang sudah mendewasakan kita saat ini.
Waikiki adalah sebuah nama guest house yang dikelola oleh tiga sekawan dengan tiga mimpi di dalamnya. Seorang Kang Dong Gu (Kim Jung Hyun) yang bercita-cita ingin menjadi sutradara film harus menempuh jalan sebagai seorang fotografer pernikahan. Lee Joon Ki, sahabat Dong Gu yang bercita menjadi aktor film, harus berusaha melewati banyak peran pembantu dan casting reality show anak (Lee Yi Kyung). Lalu ada Bang Doo Sik (Son Seung Won), seorang penulis erotis bertalenta yang mengakhiri karirnya dengan membuka toko fashion bersama Min Soo Ah (Lee Joo Woo).
Cast lain seperti Kang Seo Jin (Ko Won Hee) mengejar menjadi seorang reporter, lalu ada Han Yoon Aah (Jung In Sun) seorang single mom yang berjuang membukan toko rotinya. Kau juga akan menemukan Cha Woo Sik (Kim Seon Ho) yang membangun karir musisinya, Han Soo Yeon (Moon Ga Young) sebagai reporter, Gook Gi Bong (Shin Hyun Soo) sebagai atlet baseball, Cha Yoo Ri (Kim Ye Won) sebagai chef food truck, dan ada Kim Jeong Eeun (So Hee) sebagai part timer.
Look, masing-masing memiliki cara dan jalannya
sendiri. Ada tiga kesamaan yang bisa kita ambil dari setiap pemeran dan
karakter Waikiki 1-2.
1.
Mereka memiliki peran.
Percayalah, setiap
makhluk itu memiliki perannya masing-masing. Tuhan tidak pernah iseng
menciptakan hamba Nya dalam situasi kondisi tertentu. Semua pasti ada alasan di
baliknya, tinggal kau mau berjuang menemukan alasan itu atau tidak.
2.
Mereka memiliki mimpi spesifik.
Karakter di usia
dua puluhan memang waktunya mengeksplor banyak hal, tapi juga sudah harus
spesifik. Untuk apa? Tentu saja agar kita tidak terlepas dari jalur dan berubah
arah dengan mudah.
3.
Mereka menikmati hari ini.
Aku melihat bagaimana sutradara berusaha menciptakan alur di mana karakter akan saling bertumbuh dan mendukung satu sama lain. Tentu saja, karena mereka hidup bersama dan dalam proses mengejar mimpi.
Terima kasih Waikiki 1-2, kalian menemani hari-hariku dalam tiga bulan ini. Terasa sangat cepat, dan kuharap aku bisa bertemu dengan Lee Jun Ki untuk meminta tanda tangannya yang super duper panjang. Haha. Soon.
Home - 9/6/2021
Comments
Post a Comment