THE CLIMBERS
Perjalanan
dilanjutkan esok hari. Dini hari. Esok jam 3 lebih tepatnya. Sembari Mila berkutat
dengan tugas laporannya hingga tengah malam, rupanya aku dan novi sudah tepar duluan.
Kami terlelap bahkan setelah menghabiskan ssatu toples kripik pedas dari ibunya
Mila. Lagu mengalun mengantarkan menuju alam mimpi. Aku menggelas selimut
hingga menutupi badan, tak kusangka mala mini sudah sangat dingin. Aku melirik
suhu di handphone, aku lupa menunjukkan suhu berapa. Intinya besok pagi akan
menajdi semakin dingin.
Tak lama kemudian, alarm kami
bersahut-sahutan. Aku melirik hapeku. Mendapatkan pukul 03.00 terpampang jelas
di layar kaca depan. Kudapati Novi dan Mila masih terlelap membiarkan kedua
alarm mereka saling membangunkan. Setelah mematikan satu alarm, aku segera
bangun sembari mencoba mengumpulkan nyawa. Sesaat kemudian Novi dan Mila bangun.
Setelah kami solat malam, perjalanan pun dilanjutkan. Menuju destinasi pertama
kami.
Bukit SIkunir. Bukit ini merupakan
destinasi wisata wajib dikunjungi saat ke Dieng. Setelah berpamitan dengan
orang tua Mila, kami Bersama adiknya Mila pun memulai perjalanan panjang kami. Episode
pertama ini kami sebut dengan mengejar matahari. Rencana awal adalah kami mulai
naik ke Sikunir tepat jam 3 pagi, tapi harus mundur jam 4 setelah solat subuh,
karena kebetulan Mila lupa jalan ke sikunir dan gmaps tidak begitu bersahabat
saat tak ada lampu jalan sepanjang menuju Sikunir. Untungnya da sosok bapak dan
ibu yang juga kebetulan sedang mencari Sikunir, alhamdulillahnya kami ada yang
membersamai hingga tiba di tempat tiket masuk.
Puncak Sindoro
Rupanya kami sudah sangat telat. Tak
sedikit mereka yang ingin menikmati panorama Sikunir saat akhir pekan.Deretan
bus kecil hingga mobil membuat kami memutar jalan untuk menuju parkiran.
Setelahnya, kami pun bergegas mengikuti romobongan menuju atas bukit. Dalam
gelap masih jelas terlihat tumpukan batu menjadi tangga hingga atas bukit.
Angin dingin mulai merasuk jaket menembus kulit. Aku melirik handphone mengecek
suhu, sekitar 17 derajat celcius. Kini aku tak berani melepas sarung tanganku.
Kuikatkan lebih erat lagi jaket dan topiku.
Perjalanan ke atas kira-kira 800
meter. Semuanya adalah susunan batu menjadi tangga yang rapi. Aku tak mendapati
pemandangan berarti karena semuanya masih tertutup malam dan gelap. Yang ada
hanyalah barisan para pendaki (climbers) yang juga sedang berusaha untuk
mencapai puncak sikunir. Dari muda dan tua semuanya mencoba. Tak ketinggalan
barisan ibu-ibu paruh baya rupanya juga semangat untuk mencapai puncak. Udara
masih dingin hingga matahari terbit. Sayang sekali, waktu kita tak banyak untuk
mencapai ke puncak sana.
Aku dan ketiga temanku sudah
saling menyemangati dan menunggu untuk naik. Ayo Novi! Ayo Mila, Dibah! Kita
pasti bisa! Kira-kira seperti itulah idealnya. Tapi kenyataannya kita sambat.
“Ini kapan sih sampainya?”
“Masih atas lagi po?”
“Kok mataharinya belo kelihatan
yak?” sambat gak papa, yang penting gak berhenti.
Entah mungkin karena aku naik dengan
anak-anak asrama, jadinya seketika berkelebat ingatan tentang kajian di asrama
tentang CLIMBERS. Kalau tidak salah ini disampaikan oleh banyak tokoh dan
pembicara di asrama. Tentang bagaimana kau akan menjadi sosok karakter pribadimu,
apakah Quitters, Campers, atau Climbers.
SRIKANDI-CLIMBERS
Paul Scholz pernah mencetuskan tipe
kepribadian seseorang dalam kemampuannya untuk menghadapi permasalahan hidup
sebagai ukuran kecerdasan. Mereka dibagi menjadi Quitters adalah mereka yang
berhenti, oke Namanya aja Quit ya berhenti. Cukup pesimis juga. Kedua adalah
Campers, adalah mereka merasa nyaman di zona tertentu sehingga tidak memiliki
keinginan untuk mendapakan hal yang lebih baru. Kalau kata fourtwnty sih, “Keluarlah
dari zona nyaman”. Terakhir ada yang namanya disebut dengan Climbers atau para
pendaki. Mereka adalah sosok yang optimis dalam mencapai suatu hal. Mereka
tidak mudah terjebak oleh zona nyaman dan terus mendaki untuk menemukan batas
atau bahkan menembus batas lalu melampauinya dan membuka potensi-potensi diri
yang lain. Lalu mereka menikmati berproses dalam kebaikan yang terkadang melelahkan.
Tentu kita semua ingin menjadi
sosok climbers yang akhirnya bisa mendapatkan pemandangan terindah di saat yang
tepat. Disini banyak hal bisa dipelajari. Kami tiba di atas tepat saat sunrise
dimulai, Bersama dengan ratusan climbers lainnya. Rupanya semua orang di sini bersedia
berjuang bersama. Rupanya banyak orang yang tak sedang terjebak dengan zona nyaman.
Terlepas dari usia dan karakter, bukankah kami benar-benar untuk berproses
dengan caranya masing-masing.
“If you wanna walk fast then walk alone. But if you wanna walk far, walk together”
BACKLIGHT GAK PAPA
Quotes itu kini bukan pesan
sekedar, tapi sudah merasuk hingga alam bawah sadar. Dan terasa dalam perjalanan
panjang ini. Perjalanan ke atas membutuhkan waktu kurang lebih 30-40 menit
tanpa ngobrol dan sambat. Selepas sampai di atas, kami bertemu dengan ratusan
climbers lainnya. Bersama kami menyusup ke dalam kerumunan pendaki yang juga
sudah menyiapkan kamera untuk menangkap sunrise yang bahkan sering mereka lihat
setiap hari. Lantas apa bedanya? Jelas beda, kali ini kau harus membakar sekian
ratus kalori untuk bisa menyaksikan kejadian biasa setiap harimu.
Persis seperti yang aku lihat di
mana pun setiap harinya. Sunrise masih terlihat sama, masih di timur.
Alhamdulillah, kalau di barat kan berabe ntar! Alhamdulillahi Masya Allah,
bahkan sebagus apapun kamera dapat menangkap momen, hanya mata yang bisa melihat
sekaligus merasakan.
MENCARI MILA
Dari
atas Sikunir kita bisa melihat banyak puncak lainnya tak kalah indah. Ada
puncak prau, puncak sikembar (sindoro-sumbing). Kemudian Mila sebagai warga
lokal Tieng bercerita bagaimana dulu legenda Sindoro Sumbing terjadi. Salah
seorang climbers ikut menyimak. Tak tergantikan memang, kita bisa mengetahui
cerita legenda suatu tempat yang kita kunjungi dan tepat saat melihat atau
berada di sana. Semoga suatu hari aku bisa mendaki lebih ke puncak prau atau sumbing.
Semoga.
Griya Persada Kaliurang, E104
PART01 https://sinothouz.blogspot.com/2019/10/jog-wns-menggertak-dingin-menembus-kabut.html
PART01 https://sinothouz.blogspot.com/2019/10/jog-wns-menggertak-dingin-menembus-kabut.html
Comments
Post a Comment