Setibanya aku di Jogja. Gak
langsung skripsian lah, tapi tentu ada targetan lulus. Percayalah gua tipe
orang yang bakal nge set target dan bakal dengan mudah memundurkan target kalau
emang harus mundur. Yah, tepatnya gua pernah nge set target agustus lagi tapi
kayaknya yaudah November aja. Toh sama aja siding agustus atau September jatohnya
tetap wisuda November. Yang penting gak nambah semester depan, gua sadar UKT
gua menjijikkan.
Saat itu gua merasa lebih fokus
di Jogja, berhubung sekontrakan juga sebagaian besar pada skripsian semua. Ada
yang baru ambil data, ada yang baru mau nulis pembahasan. Tapi asem mereka bisa
wisuda barengan gua. Kampret emang soshum. Kek gak berasa gitu skripsiannya.
Engga, ini yang gua lihat di keseharian. Tentu setiap hal punya ceritanya
masing-masing. Tapi asem mereka lebih banyak waktu rebahan dari gua. Bukan itu
juga masalahnya.
Setidaknya di kontrakan gua bisa siding
duluan diantara 4 orang yang lagi struggle buat skripsi. Dan Alhamdulillah dengan
drama-drama mengerikan sebelumnya.
Drama pertama adalah tentang data
gua yang sebagian besar rusak. Bukan lagi tidak signifikan tapi ada eror di
sana. Gua ingat di salah satu waktu, minggu ke dua ambil data karena gua masih
magang, makannya data gua diambilin sama petugas lab. Dan kacaunya gua ga
ngecekin sama data sebelumnya linear atau engga. Pengulangan cuma dua kali
lagi, mana biasanya gua kan buat pengulangan samapai 4 kali. Kali aja bisa
nyomot 1 data terbaik.
Pure ini kecolongan banget sih,
karena grafiknya langsung jadi kek gunung merapi sebelum meletus. Nah setelah
itu sebagai mahasiswa yang cerdas, gua carilah pembenaran. Teori yang bisa
dipakai untuk membenarkan galat (ketidaknormalan) dalam data gua. Kan gak
mungkin gua bilang, pas titik ini bukan saya yang ngambil datanya Bu, bisa
digaplok aing ntar.
Setelah konsultasi akhir
sebenarnya 2 dosbing gua gak pernah nanyain substansi data, paling juga cuma
masalah format yang perlu dibenerin. Entah kenapa dua dosen punya masing-masing
standard format skripsi tentang tabel dan diagram. Kan saya agak emosi, eh
engga juga, harus sabar, untuk tetap
mendengarkan. Kuncinya iya in aja, beneran dah, ini berhasil.
Drama kedua muncul saat akan
daftar sidang. Berhubung setelah wisuda agustus, gua menjadi mahasiswa pertama
yang daftar sidang untuk bulan November makannya hal ini terjadi. Kampret emang
simaster. Astaga bikin emosi aja.
Jadi ceritanya, simaster gua
eror, karena ada entah pokoknya dosen
gua ga bisa klik setuju untuk sidang sehingga jadwal gua ga bisa keluar. Walau
sebenarnya ini bisa diakalin seperti sebelumnya dengan cara akademik yang
langsung mengklik setuju. Tapi sayangnya bakal ketahuan, karena di catatan
dosen bakal gak muncul riwayat sidang skripsi anak bimbingan. Kan mampus gua.
Masak gara-gara simaster gak bisa ke-klik njuk sidang ku mundur. Itulah yang
terjadi.
Awalnya sidang dijadwalkan tanggal
7 September 2020 jam 10.00, online. Kondisi gua dah kirim draft dan memenuhi
semua surat dan persyaratan sidang kecuali kemeja putih yang gua pakai
kekecilan dan jadwal sidang yang sampai pagi hari sidang belom keluar.
Setelah mewawancarai beberapa
teman gua yang senasib dan mereka bisa sidang karena pake cara alternative akademik
tadi, walau akhirnya dosen mereka marah ke akademik tapi tetaplah mereka bisa
sidang. Haha, kampret emang. Kenapa gua gak lewat cara alternative aja.
Jadi sebelum peristiwa
mengenaskan pengunduran jadwal sidang gua jam 9.30, yak 30 menit sebelum sidang
karena simaster eror dan dosen gua gak mau ambil risiko buat eror simaster,
jadi lebih baik sidang diundur saja. Yah, gua yang udah latihan semalem, udah
ngelembur, pinjem kemeja kekecilan, dan siap depan laptop, langsung tiduran.
Gua ga jadi sidang pagi itu, dimundurin entah kapan. Entah kapan simaster gua
bisa di klik.
Gua sebagai mahasiswa yang cukup
keras kepala lalu berdiskusi dengan admin simaster di DPP, setelah diusir dr
DSSDI, karena bukan tempatnya, hehe. Di DPP gua membuat surat permohonan
perbaikan simaster dan diterima secara birokratis oleh petugas. Entah gua
percaya cuma bakal sampai gitu aja, setidkanya gua dah melaporkan kelemotan
simaster yang membuat waktu sidang gua mundur.
Disitu gua juga diminta untuk
maklum karena masih minggu-minggu PPSMB dan tentunya traffic internetnya sangat
ramai. Oke wajar, gua ngalah, dengan tetap bertanya-tanya. Ini gimana caranya
biar gak eror. Perl ulu ingat disini adalah petugasadministrasi, birokrasi, dan
praktisi tu beda.
Setelah sempat bolak balik di DPP
gua kembali ke akademik gua deh. Di sana gua baru menemukan kenyataan yang
sangat pahit. Alasan kenapa akademik, lebih tepatnya admin prodi gua, gak mau
membobolkan simaster gua, dengan risiko dosen kagak dapet konfirmasi sidang
adalah karena waktu yudisium batasnya masih lama. Ahh, kampret, wkwk. Gua sempet
emosi, tapi gua pendem dong.
Disini hati nurani gua mulai
tersentuh tentang bagaimana perjuangan seorang admin prodi dan banyak petugas
administrasi akademik yang sering kita lupakan. Padahal jasa mereka sangatlah
besar bagi kelulusan kami. Admin prodi malah curhat ke gua panjang lebar
tentang bagaimana proses pembobolan yang akhirnya mereka lah yang dimarahin
oleh para dosen karena tak muncul riwayat bimbingan sidang di simaster mereka.
Yah, apa boleh buat kalau nggak gitu mahasiswa bakal terhambat sidangnya. Dan
ini yang sering gak dinotice oleh mahasiswa.
Setelah mereka lulus ya seperti
udahlah, gua dah selesai sama elu. Good
bye.
Nah, disini empati gua sebagai
mahasiswa yang jarang masuk kelas muncul. Kenapa sih para dosen sering
menyalahkan pihak administrasi tanpa melihat kekurangan sistem dan mesin itu
sendiri. Kan dah gua bilang di awal, administrasi-birokrasi tu beda sama praktisi.
Kebutuhan sumber daya praktisi di FKKMKWKWK harus di kasih perhatian lebih.
Apalagi sekarang sudah full online, kalau praktisi cuma 1 ya udah, tinggal nunggu
bandwitch nya kebek aja. (Sorry sok2 an ngerti IT saye).
Setelah berkali-kali dicurhatin
ama petugas akademik, jiwa advokasi gua jadi terpanggil. Ingin gua sampaikan
keluhan ini ke DPP, dan setelah gua sampaikan tanggapan diplomatis mereka jadi
jawaban. Ah, tak ada bedanya, tak ada yang berbeda.
Sembari masih menunggu kepastian
simaster, gua memperbaiki presentasi gua, dan ngebut mencari teori pembenaran
untuk data gua yang broken kayak habis ditinggal doi. Duh sape lagi, haha.
Tibalah malam di mana admin prodi
nge DM gua minta dosen ke dua gua buat acc jadwal. Dan Alhamdulillah nya bisa
woi. Duh kalo kaya gini kenapa gak dari zaman mesolithikum gua lakuin coba. Gua
lupa kalo cukup salah satu aja yang acc dan bisa sidang hehe.
Oke, tibalah saat di mana gua
sidang skripsi, tanggal 18 September pagi. OFFLINE, mampus lah. Harus beli roti
dong ama snack, untung yang offline cuma 1 dosen hehe. JKJK.
Script Sweat : Cerita Skripsweat Jaman Covid (sinothouz.blogspot.com)
Part 2 SCRIPT SWEAT : FINDING TEAM (sinothouz.blogspot.com)
Part 3 Script Sweat : SEMINAR PROPOSAL (sinothouz.blogspot.com)
Part 4 Sript Sweat : Lotre Keberuntungan (sinothouz.blogspot.com)
Part 5 Sript Sweat : Broken Data dan Drama Simaster (sinothouz.blogspot.com)
Part 6 Sript Sweat : Sidang Day (sinothouz.blogspot.com)
Comments
Post a Comment